Merdeka.com - Keterbatasan fisik sering kali membuat banyak orang tidak percaya diri. Merasa tidak bisa maksimal melakukan banyak hal. Seperti manusia normal pada umumnya. Tetapi tidak dengan Ajini Bin Senen Bin Hasan. Jemaah dari Bangka Barat, Desa Pelangas, itu teguh pada niatnya berhaji. Keterbatasan tak membuatnya lemah diri. Dia syukuri panggilan Allah SWT menginjakkan kaki
Cobalihat katalog buku panduan guru ppkn harganya mulai Rp 26.900 tersebar di berbagai toko online, bandingkan jual Buku Panduan Guru Ppkn ori dan Buku Panduan Guru Ppkn kw dengan harga murah Selamat Datang di Semoga Rezekinya semakin banyak & berkah 10000x lipat
Mizantelah mengabdi menjadi guru di Madrasah Mufidah selama 37 tahun, sejak tahun 1985. Mas Mansur berangkat ke Mekkah dan menetap di sana untuk belajar ilmu-ilmu agama. Sayang, tak banyak sumber yang mengulas kehidupan Mas Mansur saat di Mekkah. Tapi Harus Membawa Keberkahan. 29 Desember, 2020. Pediamu. Langkah Muhammadiyah 1938-1940
Vay Tiền Nhanh. JAKARTA — Sejarah mencatat betapa hormatnya para ilmuwan muslim atau ulama pada gurunya. Mengapa, rasa hormat kepada sang guru akan mendatangkan rahmat dan kemuliaan. Tersebutlah seorang ulama yang disegani bahkan oleh penguasa ketika itu. Ia adalah Fakhruddin al-Arsabandi. Dalam ketenarannya, ia mengungkap sebuah rahasia atas rahmat Allah yang luar biasa didapatkannya. “Aku mendapatkan kedudukan yang mulia ini karena berkhidmat melayani guruku,” ujar sang Imam. Ia menuturkan, khidmat yang dia berikan kepada gurunya sungguh luar biasa. Gurunya Imam Abu Zaid ad-Dabbusi benar-benar dilayaninya bak seorang budak kepada majikan. Ia pernah memasakkan makanan untuk gurunya selama 30 tahun tanpa sedikit pun mencicipi makanan yang disajikannya. Begitulah cara orang-orang terdahulu mendapatkan keberkahan ilmu dari memuliakan gurunya. Mencintai ilmu berarti mencintai orang yang menjadi sumber ilmu. Menghormati ilmu berarti harus menghormati pula orang yang memberi ilmu. Itulah guru. Tanpa pengajaran guru, ilmu tak akan pernah bisa didapatkan oleh si murid. Dalam literatur pendidikan Islam, jelas terpampang bahwa pelajaran pertama yang diterima seorang murid adalah bab Adabu Mu’allim wa Muta’allim adab antara guru dan murid. Dari kitab manapun, mestilah pembelajaran dimulai dari bab ini. Si murid perlu dipahamkan, dari siapa ia menerima ilmu karena dalam pembelajaran ilmu-ilmu Islam sangat memperhatikan sanad validitas. Berbeda dengan sesuatu yang bersifat nasihat. Nasihat tak perlu memandang dari mulut siapa keluarnya nasihat itu. Berlakulah di sana pepatah Arab, unzur ma qala wala tanzur man qala lihatlah kepada apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakannya. Namun, bagi ilmu-ilmu Islam sejenis tafsir, hadis, akidah, dan cabang ilmu sejenisnya, perlu diperhatikan dari siapa si murid menerimanya. Inilah yang dipesankan Muhammad bin Sirin, “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka lihatlah dari siapa engkau mengambil agamamu.” Fakhruddin al-Arsabandi benar-benar memperhatikan sang guru sebagai tempat ia mengambil ilmu. Ia tak ubahnya seperti budak di hadapan gurunya. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Ali bin Abi Thalib RA yang pernah mengatakan, “Siapa yang pernah mengajarkan aku satu huruf saja, maka aku siap menjadi budaknya.” Ali RA mencontohkan, sekecil apa pun ilmu yang didapat dari seorang guru tak boleh diremehkan. Imam Syafi’i pernah membuat rekannya terkagum-kagum karena tiba-tiba saja ia mencium tangan dan memeluk seorang lelaki tua. Para sahabatnya bertanya-tanya, “Mengapa seorang imam besar mau mencium tangan seorang laki-laki tua? Padahal masih banyak ulama yang lebih pantas dicium tangannya daripada dia?” Imam Syafi’i menjawab, “Dulu aku pernah bertanya padanya, bagaimana mengetahui seekor anjing telah mencapai usia baligh? Orang tua itu menjawab, “Jika kamu melihat anjing itu kencing dengan mengangkat sebelah kakinya, maka ia telah baligh.” Hanya ilmu itu yang didapat Imam Syafi’i dari orang tua itu. Namun, sang Imam tak pernah lupa akan secuil ilmu yang ia dapatkan. Baginya, orang tua itu adalah guru yang patut dihormati. Sikap sedemikian pulalah yang menjadi salah satu faktor yang menghantarkan seorang Syafi’i menjadi imam besar. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
loading...ilustrasi. Foto istimewa Keberkahan ilmu yang diperoleh diketahui dari peningkatan amal shaleh pada diri seorang muslim. Jika sudah dapat ilmu tapi tidak berbekas pada diri kita, bisa jadi, itu adalah tanda kita tidak mendapat keberkahan ilmu. Misalnya, bertahun-tahun belajar serta mendatangi majelis ilmu majlis ta'lim, tetapi masih banyak keburukan pada diri, berarti itu tidak ada keberkahan. Baca juga Cara Mendapatkan Hidayah dan Cahaya Allah Ta'ala Lantas, bagaimanakah cara untuk mengetahui bahwa ilmu itu sudah diberkahi oleh Allah Ta'ala dan bermanfaat bagi diri sendiri? Menurut pengasuh kajian As-Sunnah di Jakarta, Ustadz Najmi Umar Bakkar, menukil dari kalam ulama, ciri-ciri orang yang mendapat keberkahan ilmu, antara lain 1. Ia terlihat semakin tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah, dan semakin sesuai dengan syariat & sunnah Nabi ﷺ dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu, mendakwahkan dan mempertahankan al-Barbahari Rahimahullah berkata "Dan ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya keberkahan ilmu itu bukanlah dengan banyaknya hafalan riwayat serta kitab2. Hanyalah dikatakan seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti mengamalkan ilmu dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab2nya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah, maka dia adalah pelaku bid'ah, sekalipun banyak ilmu dan kitab2nya" Kitab Syarhus Sunnah. Baca Juga 2. Ilmu itu semakin menumbuhkan rasa takutnya seseorang kepada Allah Ta' النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَالۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَ لۡوَانُهٗ كَذٰلِكَ ؕ اِنَّمَا يَخۡشَى اللّٰهَ مِنۡ عِبَادِهِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ غَفُوۡرٌ"........Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama ahli ilmu" QS. Fathir 28Siapa yang takut kepada Allah, maka dialah alim, yaitu seorang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah, maka dialah jahil orang yang jauh dari ilmu.3. Ilmu tersebut mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam melakukan ketaatan dan semakin semangat menjauhi berbagai kemaksiatan . Baca Juga 4. Ilmu itu akan mengantarkan seseorang pada sifat qana’ah selalu merasa cukup dan zuhud pada Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata "Zuhud itu terbagi tiga 1. meninggalkan yang haram, maka itu ialah zuhudnya orang yg awam. 2. tidak berlebihan dari sesuatu yang halal, & itu zuhudnya dari orang yang khusus. 3. meninggalkan setiap hal yang menyibukkan serta menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-arifin yaitu orang yang berma'rifat kepada Allah" kitab Mawaa'izh Imam Ahmad.5. Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin tawadhu’ rendah hati. Menjadikan hati tunduk dan khusyuk kepada Allah Ta'ala, merasa hina di hadapan-Nya dan semakin mudah untuk menerima kebenaran dari siapa bin Dinar berkata "Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu semakin berbangga diri sombong" Kitab Az-Zuhd oleh Imam Ahmad. Baca Juga Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata "Dan di antara tanda bahwa amal ibadah kita diterima adalah kita akan merendahkan, mengkerdilkan dan menganggapnya kecil di hati kita" Buku Madarijus Saalikiin.
“Saya hanya ingin mengingatkan kepada Adik-adik Santri, anak-anak Santri yang mana tujuan kalian semua ke Pondok Pesantren Lirboyo adalah untuk mencari ilmu. Maka dari itu, mari selagi di Pondok Pesantren Lirboyo mempeng tekun semaksimal mungkin. ” Dawuh KH. AHS. Zamzami Mahrus pada awal beliau memberikan nasehat. Beliau menekankan seperti itu, karena untuk bisa mempeng tekun & rajin itu harapannya besar. Hal itu disebabkan di Pondok Pesantren Lirboyo lingkungannya mendukung. Teman-teman di Pondok sama-sama menempuh belajar. Para Santri juga tidak membawa HP, tidak boleh keluar Pondok, tidak boleh nonton TV. Sehingga harapan untuk bisa mempeng tekun itu besar. Beliau menuturkan bahwa, “Riyadloh usaha batiniyah para Masyayikh itu tidak kurang-kurang. Tinggal kita, Secara Dzohir, mempeng tekun semaksimal mungkin.” Thoriqoh jalan tempuh orang Mondok itu ada 4. 1. Puasa Sunah & Mempeng; 2. Mempeng tapi tidak Puasa Sunah; 3. Puasa sunah tapi tidak mempeng ; 4. Tidak mempeng juga tidak puasa sunah. Yang ke 4 ini jangan sampai dilakukan. Beliau menuturkan bahwa, “Yang terbaik adalah yang pertama dan yang ke dua. Seandainya kalian kuat mempeng sambil puasa ya silahkan. Tapi seandainya tidak kuat mempeng apabila dibarengi dengan puasa, pendapat saya yang penting mempeng saja dulu. “ “Nuwun sewu mohon maaf saya ingat walidi orang tua saya Kiyai Mahrus itu sering dawuh, Bilamana Santri ingin ngalim, jangan pulang tiga tahun! ’ Itu saya dengar sendiri. Terus saya tafsiri, tidak pulang tiga tahun itu syaratnya apa? Harus mempeng. “ Tambah beliau. Ikhtiar Mencari Berkah Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa yang tidak kalah penting dari mencari ilmu adalah mencari barokahnya. Beliau memberitahu cara ikhtiar supaya mendapatkan barokah dalam mencari ilmu adalah Jangan su’udzon berburuk sangka kepada guru. Guru harus kita muliakan. Karena guru itu juga termasuk أب orang tua الذي علمك yang mengajarimu. Bahkan ada qoul, bila kita suudzon kepada guru kita, maka kita wajib bertaubat. أب itu ada 3. 1. أب الذي ولدك Orang tua yang telah melahirkanmu 2. أب الذي علمك Orang tua yang telah mengajarimu 3. أب الذي زوجك Orang tua yang menikahkanmu Semuanya itu wajib kita muliakan. Bersyukur Kita wajib bersyukur ditakdirkan oleh Allah bisa belajar di Pondok. Jika tidak mendapat hidayah dari Allah, mondok itu berat sekali. Kesulitan dalam mencari ilmu itu termasuk sebab-sebab kita mendapatkan keberkahan. Beliau menceritakan bahwa Mbah Kiyai Abdul Karim waktu mondok itu rekoso banget usahanya berat sekali. “Waktu itu beliau berangkat ke Pondok punya uang sedikit. Kalau mau naik kendaraan nanti tidak bisa beli kitab. Kalau mau beli kitab, maka tidak cukup untuk naik kendaraan. Akhirnya Simbah Kiyai Abdul Karim memilih berangkat ke Pondok dengan jalan kaki supaya bisa beli kitab.” Mbah Kiyai Abdul Karim di Pondok pakaiannya hanya satu pasang. Sehingga bila pakaiannya kotor dicuci, kemudian dijemur. Sedangkan beliau berendam sambil menghafalkan alfiyah hingga pakaiannya kering. Beliau juga mencari nafkah sendiri untuk membiayai hidupnya di Pondok. Waktu pondok libur, beliau ikut memanen padi. Sehingga beliau mendapatkan padi yang merupakan upah dari panenannya tersebut. Waktu Mbah Kiyai Abdul Karim sampai di Pondok, Mbah kiyai Kholil menghadangnya. Syaikhona Kholil dawuh “Nab, alhamdulillah. Untung kamu bawa beras. Ayam saya sudah lama tidak memakan padi.” Akhirnya Syaikhona Kholil meminta padi dari Mbah Kyai Abdul Karim. Sebagai gantinya, Mbah Kiyai Abdul Karim dihalalkan untuk memakan mengkudu. Di situlah Mbah Kiyai Abdul Karim mencari ilmu rekoso banget. Selanjutnya apabila Kitab Mbah Kiyai Abdul Karim sudah penuh maknanya, lalu kalau ingin beli kitab yang belum pernah dimiliki, kitab yang lama yang sudah beliau kaji, beliau menjualnya untuk membeli kitab yang baru tersebut. Pada Akhirul hayat Syaikhona Kholil, beliau uzlah menyendiri tidak menerima santri lagi. Orang yang mau nyantri kepada Syaikhona Kholil, beliau menyuruhnya untuk ngaji ke Mbah Kiyai Abdul Karim. Jama’ah Dan juga min asbabil futuh itu adalah jama’ah. Ini penting sekali. Kalau bisa, di Pondok itu jangan sampai meninggalkan jama’ah. Ada cerita Santri Kiyai Ali waktu di Pondok itu ilmunya biasa-biasa saja. Tetapi setelah di rumah, Santrinya yang mengaji ribuan. Masya Allah.. Ternyata setelah ditelisik, waktu di Pondok beliau selalu berjama’ah. Mentaati Peraturan Termasuk min asbabil barokah selanjutnya adalah mentaati peraturan dari pengurus. Jangan sampai melanggar. Karena apa? Karena pengurus Pondok Lirboyo adalah kaki tangan Masayikh Lirboyo. Masayikh mengurus jenengan Anda sedetail-detailnya itu tidak mungkin. Maka dibentuklah kepengurusan Pondok Lirboyo. Maka dari itu monggo, semua santri Lirboyo saya harapkan untuk mentaati peraturan Pondok Lirboyo. InsyaAllah kalau jenengan memuliakan guru, memuliakan orang tua, jama’ah, tidak melanggar peraturan, insyaAllah, insyaAllah, insyaAllah… Mempeng, insyaAllah, insyaAllah. Nanti di rumah mengamalkan ilmu. Insya Allah, insya Allah… Jenengan Anda jangan kecil hati, nanti sehabis belajar di Lirboyo akan jadi apa, jangan kecil hati. Allah yang akan mengatur. Karena apa? Banyak orang awam itu menganggap setelah lulus dari Lirboyo tidak bisa bekerja apa-apa. Banyak sekali. Menurut saya hal seperti itu tidak usah diangan-angan. Yang penting apa? Belajar, mempeng. Itu penting sekali. Insya Allah, nanti kalau di rumah mau mengamalkan ilmu, insya Allah nanti dibutuhkan oleh masyarakat. Insya Allah akan menjadi orang yang mulia. Seperti Firman Allah يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ ” Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” Baca jugaSYARAT PENTING MENCARI ILMU Langkah Mencari Keberkahan Ilmu Simak juga[TUTORIAL] PENDAFTARAN SANTRI/SISWA BARU PSSB ONLINE Langkah Mencari Keberkahan IlmuLangkah Mencari Keberkahan Ilmu 0
keberkahan ilmu dari guru